KILAS TANGERANG
Advertisement
  • Home
  • Kilas Tangerang
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Polhukam
  • Bisnis
  • Budaya
  • Komunitas
  • Tips
  • Ramadhan
No Result
View All Result
KILAS TANGERANG
Home Kilas Tangerang

Mengapa Bulan Ramadan Dinamakan Bulan Pendidikan?

redaksi by redaksi
28 April 2021
in Kilas Tangerang
0
Mengapa Bulan Ramadan Dinamakan Bulan Pendidikan?

(Foto: csbn)

kilastangerang.com, JAKARTA – Bulan Ramadan dinamakan juga “Syahrul Tarbiyah” bulan pendidikan. Dr Zaprulkhan dalam bukunya ‘Mukjizat Puasa Menggapai Pencerahan Sipiritual Melalui Ibadah Puasa’ menuliskan kenapa puasa dinamakan bulan pendidikan karena selama bulan Ramadhan umat Islam akan mendapatkan pendidikan secara langsung dari Allah atas segala aktivitas kita.

“Secara global, aktivitas kita sebagai hamba Allah di dunia tidak terlepas dari empat macam keadaan,” katanya.

Pertama ‘fin nikmah’ ketika mendapat kenikmatan. Kedua, fil baliyyah waktu menghadapi ujian. Ketiga fith tho’ah, pada saat melakukan ketaatan. Dan yang terakhir fil maksiyah tatkala mengerjakan kemaksiatan.

Dalam empat keadaan ini, kata Zaprulkhan Allah mendidik kita bagaimana seharusnya kita bersikap. Oleh sebab itu mari bicarakan satu persatu empat macam tingkah ini dalam setiap pertemuan dan bagaimana sebaiknya kita bersikap agar tetap berada dalam lingkaran keridhaan Allah SWT.

BACAJUGA

Bupati Tangerang Klaim Wabah PMK Sudah Melandai

Belasan Warga di Kota Tangerang Terindikasi Penyakit Cikungunya

Vaksinasi Booster di Kota Tangerang Hampir Capai 50 Persen

Siswa Korban Pencabulan di Tangerang Mendapatkan Pendampingan

Hujan Lebat Sejak Jumat, 18 Titik Banjir Rendam Tangerang

Pertama, ketika kita mendapatkan kenikmatan. Nikmat kita bicarakan paling awal, yang penting sekali, sebab setiap langkah kita tidak pernah sunyi dari yang namanya nikmat. Secara analistis, nikmat bisa kita klasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu nikmat umum dan nikmat khusus atau hakikat nikmat.

Baca Juga:  KKN di Desa Penari Berujung Tragedi, Ini Kronologi dan Lokasi Tempatnya

Apakah yang dimaksud dengan nikmat umum itu?

Zaprulkhan mengatakan, nikmat diartikan oleh sebagian ulama sebagai, “Segala sesuatu yang berlebih dari modal yang kita miliki.”

Pertanyaannya adakah kita sebagai manusia dalam kehidupan ini mempunyai modal?

“Saya ingin menjawab pertanyaan ini dengan Alquran pada awal surah al-insan,” katanya.

Yang artinya. “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang pantas disebut?”

7 ayat ini kata zaprulkhan mengajak kita untuk merenungi awal perjalanan hidup kita sebagai manusia. Mari tengok sejenak ke masa lampau titik sebelum kedua orang tua kita saling mengenal satu sama lain sebelum kedua orang tua kita merajut jalinan cinta kasih, sebelum kedua orang tua kita dipertemukan Allah dalam sebuah rangkuman pesta perkawinan.

“Pada saat itu kira-kira kita berada di mana,” katanya.

Apakah kita masih berada di dalam perut bumi yang darinya tumbuhan batang padi menjadi beras dan dina akan kedua orang tua kita, lalu berubah menjadi sperma? Mungkin kita masih berada di dalam daging ayam yang berjalan di daratan? Atau masih berada dalam perut ikan yang berenang di lautan dan dinikmati oleh kedua orang tua kita sehingga menjelma setetes air mani? Atau barangkali saja kita masih berada dalam berbagai macam makanan, seperti sepotong roti dan tempe tahu dan oncom yang dikonsumsi kedua orang tua kita, kemudian berubah menjadi nutfah? Sehingga melalui tetesan air mani, sperma, dan nutfah inilah akhirnya tercipta Kita sebagai manusia.

Baca Juga:  British model issues lengthy, sincere apology for cultural appropriation

Ketika masih berada di batang padi, daging ayam atau ikan, pantaskah kita dinamakan manusia? Saat masih di dalam roti dan tempe, tahu dan oncom, bisakah kita disebut sebagai manusia? Ketika dalam kondisi demikian itu, layakkah kita disebut sebagai manusia?

“Jawabnya jelas, kita belum layak untuk disebut sebagai manusia, bahkan kita belum pantas untuk disebut apapun,” katanya.

Dalam bahasa alquran ini ‘Syain madzkuro’ sehingga kehadiran kita dipentas kehidupan ini merupakan karunia Allah kepada kita semua,” katanya.

Untuk memperjelas mana ayat di atas Zaphrulkha mengutip ungkapan Syekh Ibnu Athaillah mengenai nikmat. Beliau mengatakan. “Ada dua macam nikmat yang tidak ada suatu makhluk pun yang bisa terlepas dari keduanya, yaitu nikmat ciptaan san nikmat kelanjutan.

Sumber: Republika.co.id

Tags: Ramadanramadan bulan pendidikan
ShareTweetSendShareSend
Previous Post

Luar Biasa, Inilah Keutamaan 10 Hari Kedua Bulan Ramadan

Next Post

4 Amalan yang Bisa Dilakukan di Malam Nuzulul Qur’an

redaksi

redaksi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Plugin Install : Widget Tab Post needs JNews - View Counter to be installed
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Bupati Tangerang

Bupati Tangerang Klaim Wabah PMK Sudah Melandai

8 Agustus 2022
chikungunya

Belasan Warga di Kota Tangerang Terindikasi Penyakit Cikungunya

25 Juli 2022
vaksinasi

Vaksinasi Booster di Kota Tangerang Hampir Capai 50 Persen

22 Juli 2022
Siswa Korban Pencabulan di Tangerang Mendapatkan Pendampingan

Siswa Korban Pencabulan di Tangerang Mendapatkan Pendampingan

21 Juli 2022
Bithealth, Solusi Transformasi Digital Industri Healthcare Indonesia

Bithealth, Solusi Transformasi Digital Industri Healthcare Indonesia

18 Juli 2022
KILAS TANGERANG

© 2020 Kilas Tangerang.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kilas Tangerang
  • Nasional
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Polhukam
  • Bisnis
  • Budaya
  • Komunitas
  • Tips
  • Ramadhan

© 2020 Kilas Tangerang.