Kilastangerang.com, HEBRON – Israel menghancurkan sebuah bangunan masjid dan sekolah di wilayah di Kota Umm Qusah Selatan Hebron, Tepi Barat. Bangunan milik komunitas Badui di Azwadeen, timur kota Yatta, itu diklaim tidak berizin.
Koordinator Komite Perlindungan dan Pertahanan, Fuad al-‘Amour, mengatakan kepada WAFA, penghancuran dilakukan kurang dari dua minggu setelah tentara memasang pemberitahuan pembongkaran terhadap masjid dan sekolah yang melayani 50 siswa dari tiga komunitas terpinggirkan di wilayah itu.
Hussam Abu al-Rub, Pejabat Menteri Urusan Agama Palestina mengutuk pembongkaran masjid oleh Israel itu. “Ini adalah kejahatan dan serangan terang-terangan terhadap perasaan umat Islam,” kata Hussam dalam sebuah pernyataan menurut Kantor Berita WAFA.
Pasukan Israel juga membuldoser bangunan peternakan di Khamis al-Jahalin di timur Yerusalem. Bangunan itu disebut sebagai salah satu unit kesehatan di wilayah peternakan itu.
Pembongkaran masjid warga Palestina kerap kali dilakukan Israel. September 2020 lalu, Pengadilan di Israel mengeluarkan perintah pembongkaran sebuah masjid di wilayah terokupasi Yerusalem Timur karena dianggap tidak memiliki izin konstruksi lengkap.
Dalam asesmen yang Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa‑Bangsa, tahun 2021 45 penghancuran bangunan milik warga Palestina sudah terjadi di Tepi Barat. Sejak Januari 2009 hingga Januari 2021, sejumlah 7.292 bangunan sudah dihancurkan Israel. Kondisi itu berdampak pada 122.621 orang Palestina.
Wakaf rumah untuk Palestina
Sebagai salah satu upaya untuk membangun kehidupan Palestina, Aksi Cepat Tanggap bersama Global Wakaf akan membangun hunian untuk warga Palestina melalui program Wakaf Rumah untuk Palestina.
Said Mukaffiy dari tim Global Humanity Response – ACT menjelaskan, program tempat tinggal untuk keluarga Gaza diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga prasejahtera, para yatim, dan para ibu orang tua tunggal.
“Rasio angka kemiskinan di Gaza lebih dari 60 persen. Sekitar 31 persennya tidak memiliki rumah, mereka hidup di tenda atau rumah-rumah bedeng. Mereka adalah keluarga miskin yang selama ini tidak dapat membayar uang sewa apa pun untuk tempat tinggal,” jelas Said. [Sumber : news.act.id]