Kilastangerang.com, LHOKSEUMAWE – Di tengah orang-orang yang menghindari dari terpaan terik matahari, Jufri (48) justru pasang badan. Ia menanti pelanggan yang berlalu-lalang di Jalan Tgk. Chik Di Tunong, Desa Hagu Selatan, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Bermodalkan sebuah lapak sederhana dan mesin penggiling, ia menjual es tebu dengan harga Rp 3 ribu per bungkus.
“Kalau jualan es tebu ini mengandalkan cuaca. Kalau cuaca dingin, mendung, atau bahkan hujan, air tebu hampir pasti tidak laku. Kalau cuaca sedang panas seperti ini, baru banyak yang beli,” ungkap Jufri ditemui Tim Global Wakaf-ACT pada pertengahan Maret lalu.
Banyak penggemar es tebu yang dijual Jufri, sampai-sampai beberapa orang pelanggan ada yang memberi masukan bahwa kantong plastik es yang digunakan untuk membungkus es cepat tumpah. Karenanya Jufri berharap bisa mengemas dagangan dengan lebih baik lagi.
“Rencana ke depannya saya mau membeli mesin press, jadi es tebu ini punya kemasan gelas plastik supaya enggak cepat tumpah. Kelihatannya pun kan lebih bagus daripada pakai kantong plastik,” ujar Jufri.
Tapi harapan itu belum mampu ia wujudkan karena selama ini sulit menyisihkan modal. Jufri mesti menafkahi istri serta ketiga anaknya. Ditambah kondisi pandemi saat ini, cukup sulit untuk memperoleh pelanggan.
“Harapan saya bisa ada tambahan modal, agar bisa memutar kembali keuangan usaha. Selain modal untuk mesin <span;>press<span;>, mudah-mudahan juga bisa menambah jumlah dagangan tebu saya agar lebih banyak lagi,” harap Jufri.
Global Wakaf-ACT mewujudkan harapan tersebut dengan bantuan modal melalui program Wakaf UMKM. Selain mendapatkan bantuan modal, Jufri juga mendapatkan pendampingan usaha sehingga Global Wakaf-ACT dapat terus mendorong perkembangan usaha Jufri. []